Ipotnews - Investor asing mulai berhati-hati terhadap obligasi negara berkembang Asia karena meningkatnya biaya lindung nilai, yang mengurangi keuntungan.
Laman Bloomberg, Kamis (28/3) menyebutkan, menurunnya minat global terhadap obligasi mata uang lokal di kawasan ini terlihat jelas di pasar seperti Korea Selatan dan Malaysia. Arus masuk dana obligasi di kedua negara itu telah berbalik arah atau melambat.
Hal ini terjadi ketika ukuran forward points mata uang lokal di tujuh mata uang negara-negara berkembang di Asia meningkat rata-rata 0,6 standar deviasi di atas rata-rata dua belas bulan. Ini pertanda bahwa biaya untuk menukar dolar dengan mata uang lokal semakin mahal bagi investor.
Forward points diperkirakan akan meningkat lebih lanjut, karena Federal Reserve diperkirakan akan memangkas suku bunganya tahun ini, sehingga semakin mengikis imbal hasil investasi dengan hedging dolar. Poin berjangka ( foreward points ) adalah perbedaan suku bunga di antara dua mata uang yang dinyatakan dalam poin nilai tukar.
" Forward points FX Asia telah naik tipis sejak bulan November karena volatilitas yang lebih rendah serta berkurangnya kekhawatiran terhadap depresiasi mata uang Asia," kata Alvin Tan, kepala strategi FX Asia di RBC Capital Markets di Singapura. Meskipun demikian, penting untuk dicatat bahwa poin-poin ke depan masih tetap negatif secara absolut, tambahnya, seperti dikutip Bloomberg.
Obligasi Malaysia mengalami arus keluar bersih obligasi oleh asing sebesar USD263 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, menurut data terbaru. Arus masuk obligasi asing mencapai USD3,8 miliar pada tahun 2023. Arus masuk global ke obligasi Korea telah turun menjadi USD6,4 miliar sepanjang tahun ini, setelah arus masuk USD60 miliar pada tahun 2023.
Investor juga perlu memperhatikan kebijakan mata uang di kawasan. Yuan forward points melonjak 94 poin pada hari Jumat lalu, setelah kebijakan Bank Rakyat China (PBoC) melemahkan yuan. Langkah tersebut melemahkan spekulasi bahwa PBoC melonggarkan cengkeramannya terhadap yuan.
Itu terjadi sebelum forward points menyesuaikan kenaikan karena bank sentral menegaskan kembali dukungan pada mata uangnya dengan suku bunga acuan yang lebih kuat dari perkiraan pada pekan ini.
Forward points lokal menjadi menguntungkan bagi investor global pada tahun 2022 ketika The Fed menaikkan suku bunga jauh lebih agresif dibandingkan negara-negara berkembang di Asia. Langkah The Fed mengakibatkan kesenjangan suku bunga yang besar di antara keduanya, sehingga menarik investor asing untuk meminjam mata uang Asia dengan imbalan greenback .
Pengelola dana global diperkirakan akan kehilangan keuntungan tersebut seiring perkiraan The Fed yang akan memangkas suku bunganya tahun ini. Misalnya saja, obligasi Malaysia bertenor tiga tahun saat ini menawarkan imbal hasil sekitar 5,70%, lebih rendah dari rata-rata 6,20% di bulan Oktober untuk reksa dana berbasis dolar yang nilainya dilindungi terhadap pergerakan ringgit dengan menggunakan forward mata uang tiga bulan.
Selain itu, tingkat suku bunga AS yang lebih tinggi dibandingkan negara-negara berkembang di Asia akan menyempit jika The Fed bergerak lebih cepat dibandingkan para pembuat kebijakan regional dalam menurunkan suku bunganya.
Mulai Juni nanti, The Fed diperkirakan akan menurunkan suku bunga secara kumulatif sebesar 75 basis poin tahun ini, sementara bank sentral di Korea Selatan, Malaysia, dan Singapura tidak akan terlalu dovish, tambah Tan dari RBC.
Meskipun "Bank india dan Reserve Bank of India pasti bisa mencoba untuk menandingi The Fed dalam hal pemotongan suku bunga, saya pikir mereka akan memulainya dengan hati-hati," imbuhhnya. (Bloomberg)
Sumber : Admin
powered by: IPOTNEWS.COM